Pembuahan atau fertilisasi (singami) adalah peleburan dua
gamet yang dapat berupa
nukleus atau
sel-sel bernukleus untuk membentuk sel tunggal (
zigot) atau peleburan nukleus. Biasanya melibatkan penggabungan
sitoplasma (
plasmogami) dan penyatuan bahan nukleus (
kariogami). Dengan
meiosis, zigot itu membentuk ciri fundamental dari kebanyakan siklus seksual
eukariota, dan pada dasarnya gamet-gamet yang melebur adalah
haploid. Bilamana keduanya
motil seperti pada
tumbuhan, maka fertilisasi itu disebut
isogami, bilamana berbeda dalam ukuran tetapi serupa dalam bentuk maka disebut
anisogami, bila satu tidak motil (dan biasanya lebih besar) dinamakan
oogami. Hal ini merupakan cara khas pada beberapa tumbuhan,
hewan, dan sebagian besar
jamur. Pada sebagian
gimnofita dan semua
antofita, gametnya tidak ber
flagel, dan polen tube terlibat dalam proses fertilisasi.
Fertilisasi pada hewan
- Fertilisasi eksternal (khas pada hewan-hewan akuatik): gamet-gametnya dikeluarkan dari dalam tubuhnya sebelum fertilisasi.
- Fertilisasi internal (khas untuk adaptasi dengan kehidupan di darat): sperma dimasukkan ke dalam daerah reproduksi betina yang kemudian disusul dengan fertilisasi. Setelah pembuahan, telur itu membentuk membran fertilisasi untuk merintangi pemasukan sperma lebih lanjut. Kadang-kadang sperma itu diperlukan hanya untuk mengaktivasi telur.
IN VITRO FERTILISASI
In vitro fertilisasi adalah proses pembuahan sel telur oleh spermatozoa diluar tubuh pada lingkungan yang terkontrol. Hewan betina terlebih dulu ditingkatkan kesuburannya dengan melakukan pemberian obat/hormon/nutrisi sebagai stimulasi untuk memproduksi sel telur dengan kualitas yang bagus serta dalam jumlah banyak (menggunakan teknologi OM). Sel telur dapat dikoleksi dari ovarian dengan berbagai cara yaitu aspirasi/hisap, sayatan, injeksi media ataupun dengan ultrasonografi (Supri Ondho, 1998). Sel telur yang didapat kemudian dilakukan proses pematangan/ maturasi. pada tingkat kematangan tertentu baru kemudian dipertemukan dengan spermatozoa yang telah dikapasitasi. Proses pembuahan dilaksanakan dengan mempertemukan sel telur dan spermatozoa dalam petridish yang berisi medium. Apabila terjadi pembuahan, maka sel telur berkembang menjadi zigot dan kemudian berlangsung proses cleavage sampai terbentuk embrio (morula ataupun blastula). Terhitung dari saat pembuahan, sebagai contoh pada sel telur sapi sampai terjadi embrio memerlukan waktu 6 s/d 7 hari, kambing/domba 4 s/d 5 hari. Keseluruan proses itu mulai dari pematangan sel telur, kapasitasi spermatozoa, pembuahan dan perkembangan embrio berlangsung dalam petridish dan harus berada didalam ruang yang terkontrol (kandungan CO2, kelembaban, temperatur, pH medium, dll).
EMBRIO TRANSFER
Teknologi ini mulai diintroduksi di Indonesia pada dekade 1980-an. Sampai tahun 2000 kelahiran pedet hasil TE di negara kita masih dibawah 500-an ekor. Secara teoritis program TE ini sangat menjanjikan karena seekor betina donor embrio dapat menghasilkan kurang lebih 20 ekor pedet kualitas unggul per tahunnya.Masih rendahnya kelahiran pedet hasil TE membuktikan bahwa perkembangan TE di negara kita masih lamban. Banyak faktor yang mempengaruhi antara lain ketersediaan embrio (beku atau segar), biaya operasional TE yang tinggi (sekitar Rp 500 s/d Rp 600 ribu rupiah untuk transfer sebuah embrio), kelembagaan yang belum mantap, tenaga ahli masih sedikit, peralatan TE yang terbatas, dll.
Program TE adalah serangkaian proses yang berawal dari penyediaan embrio unggul suatu ternak sampai dengan mendeposisikan embrio tersebut pada uterus. Koleksi dan penempatan embrio pada saluran organ reproduksi betina (kornua uteri) dapat dilakukan dengan tanpa operasi/non surgical ataupun dengan operasi/ surgical. Pada umumnya pelaksanaan transfer embrio tanpa operasi dilakukan pada hewan-hewan besar (sapi, kerbau) sebaliknya transfer embrio pada hewan-hewan kecil (kambing, domba, kelinci) dilakukan dengan operasi.
Untuk memperoleh embrio dapat dipenuhi embrio dari hasil IVF ataupun dari embrio yang berasal dari hewan betina donor. Hewan betina donor merupakan hewan betina unggul/terseleksi terhadap sifat-sifat (produksi) yang dikehendaki dan telah dikawinkan baik secara alam atupun inseminasi buatan dengan pejantan yang unggul pula, sehingga akan dapat dipanen embrio yang juga mempunyai sifat-sifat unggul. Kemudian embrio-embrio yang diperoleh ditransfer ke hewan betina resipien. Hewan betina resipien adalah hewan betina yang harus memenuhi persyaratan tertentu untuk dapat menerima embrio dari hewan donor serta mampu sebagai tempat berkembang- nya embrio tersebut sampai menjadi foetus dan melahirkan individu baru
Referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembuahan
http://www.jvetunud.com/archives/120/
http://www.its.ac.id/berita.php?nomer=682
Tidak ada komentar:
Posting Komentar