Di era global saat ini apapun dapat direkayasa dengan adanya perkembangan ilmu sfer yang diujicobakan ke binatang ternak dalam membantu memenuhi kebutuhan protein hewani.
pengetahuan dan teknologi yang semakin maju serta canggih. Salah satunya embrio tran ini.
Paradigma baru pembangunan bidang peternakan adalah menonjolkan visi bagi terwujudnya masyarakat yang sehat, produktif, kreatif melalui pembangunan peternakan yang tangguh serta berbasis sumberdaya lokal. Untuk mendukung keadaan tersebut perlu dilakukan langkah-langkah dan kebijakan yang nyata antara lain melakukan terobosan aplikasi teknologi reproduksi ternak. Lebih substansial lagi terobosan itu bertujuan untuk meningkatkan populasi, produktivitas, kualitas serta pembenahan kelembagaan terkait. Relevansi dari kebijakan itu hendaknya secara teknis dapat dimanifestasikan sebaik-baiknya kedalam program-program dilapangan yakni program pengembangan reproduksi dan perbibitan ternak melalui pemurnian, persilangan, penciptaan dan pelepasan bibit, pengembangan kawasan pembibitan, desentralisasi progran inseminasi buatan dan introduksi teknologi baru bidang reproduksi ternak.
Peningkatan populasi dan mutu ternak sapi (potong dan perah), kerbau, kuda, kambing, domba, babi kuda dan unggas merupakan harapan-harapan yang dinanti oleh petani ternak. Keadaan ini berkaitan untuk mengantisipasi semakin meningkat- nya konsumsi produk hasil ternak utamanya daging, susu, telur, kulit dari tahun ke tahun.
Dimana embrio transfer ini merupakan teknologi menanam embrio unggul pada hewan betina resipien sebagai induk pengganti, dan embrio unggul itu sendiri didapatkan dari hewan donor maupun hasil fertilisasi in vitro tanpa atau dengan kolaborasi dengan teknologi terkait lainnya.
Sebagai generasi kedua teknologi reproduksi setelah inseminasi buatan, embrio transfer diyakini memeliki beberapa keunggulan, diantaranya dapat digunakan untuk optimalisasi betina unggul sebagai sumber bibit, peningkatan mutu genetis populasi dari hewan ternak itu seniri, peanganan infertilitas, induksi kembar, ekspor/impor materi genetis dan pengawetan plasma nutfah (DNA)
Hal ini terdengar sangat ironis sekali jika Indonesia kekurangan suplai bahan pangan mengingat Indonesia dikenal memiliki tanah yang subur dan sangat cocok untuk bertani dan berternak, "Sehingga dengan teknologi embrio transfer ini dapat memecahkan masalah embrio transfer yang dilakukan di Indonesia sendiri, dapat menjaga dari masuknya bibit penyakit hewan ternak melalui penularan virus atau bakteri yang terkandung dalam hewan ternak untuk sengaja diimpor ke Indonesia dari luar negeri. "Semua ini harus didukung penemuan-penemuan baru di bidang biologi molekuler dan bioteknologi", tegas Mahaputra, supaya teknik budidaya hewan ternak melalui embrio transfer ini mampu memberikan solusi atas kurangnya suplai protein hewani.
Penyediaan bibit unggul (Foundation Stock) berkualitas merupakan salah satu alasan dikembangkannya teknik transfer embrio terutama pada ternak sapi di Indonesia, yaitu dengan didirikannya Balai Embrio Ternak di Cipelang Bogor pada tahun 1994. Transfer Embrio merupakan salah satu aplikasi bioteknologi reproduksi yang perkembangannya cukup pesat dalam dua dekade terakhir. Transfer embrio merupakan generasi kedua setelah Inseminasi Buatan (IB) dalam pengembangan teknik reproduksi ternak. Dengan Transfer Embrio diharapkan memperoleh keturunan yang memiliki sifat-sifat unggul baik dari induk maupun pejantannya. Disamping itu dengan teknik TE bibit unggul dapat disediakan dalam waktu relatif singkat sedangkan dengan teknik IB membutuhkan waktu relatif sangat lama.
Secara teoritis program TE ini sangat menjanjikan karena seekor betina donor embrio dapat menghasilkan kurang lebih 20 ekor pedet kualitas unggul per tahunnya.Masih rendahnya kelahiran pedet hasil TE membuktikan bahwa perkembangan TE di negara kita masih lamban. Banyak faktor yang mempengaruhi antara lain ketersediaan embrio (beku atau segar), biaya operasional TE yang tinggi (sekitar Rp 500 s/d Rp 600 ribu rupiah untuk transfer sebuah embrio), kelembagaan yang belum mantap, tenaga ahli masih sedikit, peralatan TE yang terbatas, dll.Program TE adalah serangkaian proses yang berawal dari penyediaan embrio unggul suatu ternak sampai dengan mendeposisikan embrio tersebut pada uterus. Koleksi dan penempatan embrio pada saluran organ reproduksi betina (kornua uteri) dapat dilakukan dengan tanpa operasi/non surgical ataupun dengan operasi/ surgical. Pada umumnya pelaksanaan transfer embrio tanpa operasi dilakukan pada hewan-hewan besar (sapi, kerbau) sebaliknya transfer embrio pada hewan-hewan kecil (kambing, domba, kelinci) dilakukan dengan operasi.
Untuk mencukupi kebutuhan produk-produk asal ternak saat ini dan masa yang akan datang, upaya peningkatan populasi ternak harus mendapatkan perhatian. Introduksi teknologi terkait segera dilaksanakan bersama-sama oleh lembaga teknis/ pemerintah, perguruan tinggi, kalangan swasta agar secepatnya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pengguna (mis: petani-peternak, perusahaan dll).
Referensi :
http://peternakan.litbang.deptan.go.id/download/sapipotong/sapo04-17.pdf
http://www.karyanet.com.my/knet/index.php?bidang_A=&bidang_B=
http://www.iptekda.lipi.go.id/root/files/Buletin_Vol1no3.pdf
Today News
Senin, 16 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar