Senin, 16 Maret 2009

Penyakit Viral Pada Sapi

1. Jembrana
Penyakit yg disebabkan virus golongan Retrovirus, menyerang sapi (terutama sapi bali) berumur > 1 thn. Sapi paling rentan umur 3-4 thn. Morbiditas s.d. 60%. Mortalitas 10% s.d. 40 %. Masa inkubasi 5-12 hari. Penularan secara mekanis, atau vektor serangga penghisap darah.

Gejala;
- Demam tinggi, 40-42 OC selama 5-7 hari, disertai kepincangan dan pembengkakan zona koronaria.
- lesu, nafsu makan hilang
- ingus berlebihan (serous=>mucous), lakrimasi, dan hipersalivasi
- pembengkakan kel. limfe prescapularis, prefemoralis, parotidea. Dpt sebesar kepalan tangan orang dewasa.
- ¼ penderita perdarahan & erosi lubang hidung, lidah dan rongga mulut.
- “Berkeringat darah” ketika & stlh demam, pd bagian punggung, pinggul, skrotum, perut.
- Perdarahan ekstensif di bawah kulit.
- Konstipasi saat demam, kmdn diare. Feses dpt bercampur drh, segar atau bekuan.
- Kadang-kadang hematuria,& perdarahan selaput lendir alat kelamin, dan mata.

Patologi klinis;
- anemia, leukosit turun sampai 2000/ml saat demam tinggi. Eosinofil dan trombosit hilang dari peredaran, limfosit abnormal berukuran besar dan bervakuola.

Patologi anatomis;
- Pembesaran kel. limfe.
- Pembesaran limpa sampai 4 x. Tepi tumpul.
- Hiperemi mukosa saluran pencernaan.

Pencegahan dengan vaksinasi

Pengobatan;
Belum ada. Pemberian antibiotik untuk infeksi sekunder. Pemberian roboransia dan cairan elektrolit cukup bermanfaat.

Spesimen lab.;
- darah dalam antikoagulan.
- Jaringan limpa dlm media transport.
- Serum.
- Jaringan limpa, paru, otak, limfe, dlm formalin.

2. Demam Tiga Hari (Bovine Ephemeral Fever)
Disebabkan virus dari golongan Rhabdovirus. Morbiditas s.d. 40%, mortalitas 1-2 %. Menyerang sapi dan kerbau (gejala ringan). Masa inkubasi 7 -10 hari. Penularan melalui vektor nyamuk Culex, Aedes maupun Culicoides.

Gejala;
- demam tinggi 41OC selama 3 hari.
- Lesu, nafsu makan hilang.
- Konstipasi saat demam, dpt berlanjut dgn diare.
- Sendi kaki membengkak, shg hewan pincang atau gemetaran, kemudian tidak sanggup berdiri.
- Hewan akan sembuh dlm waktu 5-7 hari sejak muncul gejala klinis.

Patologi anatomi;
- kel. limfe membengkak dan edematus.
- Ptechie mukosa abomasum dan doudenum.
- Cairan serofibrinus/edematus dan ptechie pd sendi kaki.

Pengobatan;
Belum ada. Pemberian antibiotik untuk infeksi sekunder. Pemberian roboransia untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Spesimen lab.;
- darah dengan antikoagulan
- serum.

3. Ingusan = malignant catarrhal fever = coryza ganggrenosa bovum
Disebabkan virus dari golongan herpesvirus. Masa inkubasi 2 minggu s.d. 10 bulan. Sapi bali, kerbau dan rusa sangat peka. Morbiditas rendah < 10 %, mortalitas s.d. 100%. Reservoir, domba. Ada 4 bentuk; perakut, intestinal, ringan, serta bentuk kepala dan mata.

Gejala;
Bentuk perakut; peradangan mukosa mulut dan hidung.

Bentuk Intestinal;
- demam s.d. 41OC
- mukosa mata dan hidung kongesti.
- Dari mata dan hidung keluar cairan mukopurulen.
- Kel. Limfe superfisial membengkak.
- Kadang-kadang diare.

Bentuk ringan; gejala klinis hampir tak teramati.

Bentuk kepala dan mata;
- demam s.d. 42OC
- dari hidung leleran encer, kemudian mucopurulen dan berbau busuk.
- Cermin hidung kering, mukosa erosi.
- Mata konjunctivitis dan keratitis.
- Hiperemi mukosa mulut.
- Erosi/ulcer lidah, gusi, langit-langit dan bantalan gigi.

Patologi anatomi;
- nekrosis, ulcer dan ptechie saluran pencernaan.
- Hati bengkak, bercak putih pada permukaan.
- Kel. Limfe edema, kongesti dan perdarahan.
- Ptechie pd. limfa, jantung, ginjal, kandung kemih dan otak.
- Pneumonia.

Pengobatan; tidak ada.

Pencegahan; hindari penggembalaan sapi/kerbau dekat dengan reservoir (domba).

PENYAKIT-PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS

1. New Castle Disease = ND = tetelo
Merupakan penyakit menular yang menyerang ayam, kalkun dan unggas lainnya. Semua umur ayam dapat terserang penyakit ini. Penyakit ini tersebar ke seluruh dunia dan sangat merugikan peternak-peternak ayam. Angka kematian cukup tinggi, bisa mencapai 90%, penularannya sangat cepat. Penyebabnya adalah virus yang tergolong dalam kelompok paramixovirus.

Penularan penyakit:
- lewat udara
- lewat burung-burung atau unggas yang tertular penyakit, misalnya burung gereja, glatik, angsa, bebek, dll.
- Kontak langsung dengan ayam-ayam yang sakit.
- Lewat orang (karyawan/tamu) yang kontak langsung dengan ayam-ayam yang sakit.
- Lewat alat-alat peternakan yang tercemar.
- Dll.

Gejala penyakit:
Berdasarkan gejala klinisnya penyakit ND dikelompokkan menjadi 4 bentuk, yaitu velogenik, mesogenik, lentogenik, dan asymptomatis.

Bentuk velogenik
Bentuk ini sangat ganas. Ayam dapat mati mendadak tanpa menunjukkan gejala-gejala sebelumnya. Pada permulaan penyakit terjadi mencret terus-menerus yang berwarna kehijauan atau kekuningan, kadang-kadang disertai darah. Ayam cepat mengalami dehidrasi. Ayam terlihat lemah, sulit bernafas, bernafas lewat paruh, ngorok, batuk, tembolok membesar berisi air dan gas. Paruh dan hidung berlendir, mata berair, wajah kadang-kadang membengkak, jengger/pial kebiruan. Kematian pada bentuk ini bisa mencapai 90-100 %. Bila ayam dapat bertahan pada fase tersebut di atas, maka penyakit ini berlanjut menyerang sistem saraf. Ayam akan kehilangan keseimbangan sehingga jalannya tidak teratur, berputar-putar mundur, gemetar, kelumpuhan sayam dan kaki, kepala berputar-putar. Pada ayam petelur dewasa akan terjadi penurunan produksi secara drastis atau akan berhenti sama sekali serta ditemukan telur-telur yang kerabangnya lunak/tipis.

Bentuk mesogenik
Bentuk ini kurang ganas bila dibandingkan dengan bentuk velogenik. Nafsu makan menurun, batuk, pernafasan megap-megap, mencret dan terdapat penurunan produksi telur pada ayam petelur dewasa. Gejala saraf baru muncul 2 minggu kemudian setelah tanda-tanda tersebut di atas. Kematian pada ayam dewasa dapat mencapai 5-50%, sedangkan pada anak ayam dapat mencapai lebih dari 50%.

Bentuk lentogenik
Pada bentuk ini terlihat gejala-gejala pernafasan yang sifatnya ringan. Pada ayam petelur dewasa terjadi penurunan produksi telur secara tiba-tiba dan akan kembali normal setelah sembuh. Nafsu makan turun disertai batuk yang sifatnya ringan, mungkin terdengar pada waktu malam hari. Pada bentuk ini tidak terlihat gejala-gejala syaraf. Angka kematian pada ayam dewasa rendah sedangkan pada ayam agak tinggi.

Bentuk asymptomatis
Pada bentuk ini tidak terlihat gejala-gejala penyakit. Bentuk ini hanya dapat diketahui secara laboratorium dengan test serologis atau isolasi virus.

Bedah bangkai:
Bentuk velogenik
Perdarahan dan bendung darah pada organ-organ visceral/jeroan. Bintik-bintik darah pada perbatasan proventriculus/lambung kelenjar gizzard/ ampela. Luka berdarah seperti keropeng pada payer patch dan pada percabangan usus buntu-usus besar) caecal tonsil). Adanya peradangan pada trachea, otak.

Bentuk mesogenik:
Bintik-bintik darah pada selaput lendir perbatasan proventriculus dengan ventriculus kadang-kadang pada usus halus. Lendir dijumpai pada hidung, larynx, dan trachea. Adanya perdarahan pada trachea.

Bentuk lentogenik:
Adanya peradangan trachea yang sifatnya ringan.

Terjangkitnya wabah penyakit ND di suatu peternakan bisa disebabkan antara lain:
- Kelalaian program vaksinasi
- Mutu penyimpanan vaksin dipakai kurang baik
- Cara penyimpanan vaksin kurang baik
- Sifat virusnya ganas
- Titer antibodi di dalam tubuh ayam rendah
- Dll.

Pencegahan penyakit:
- lakukan vaksinasi secara teratur
- sanitasi ketat
- biosecurity

Pengobatan
- Tidak ada obatnya
- Segera lakukan revaksinasi pada flock yang belum terinfeksi
- Untuk infeksi sekundernya dapat diberikan antibiotika dan vitamin dosis tinggi.
- Lakukan penyemprotan kandang dengan desinfektan.

Penyakit ND harus dibedakan dengan:
- Kekurangan vitamin E pada anak ayam yang disebut crazy chick disease, dengan gejala berputar-putar
- Avian encephalomyelitis pada anak ayam berumur 1-3 minggu. Penyakit ini disebabkan virus dengan gejala seperti: kehilangan keseimbangan, kepala gemetar.
- Marek, dengan gejala kelumpuhan kaki atau sayap.
- Keracunan, terjadi kelumpuhan leher, sayap dan kaki. Ayam terlihat lesu dan lemah.
- Snot, terjadi kebengkakan sekitar mata.

2. Fowl fox = cacar unggas
Penyakit ini menyerang unggas, baik umur muda maupun tua.

Penularan penyakit:
- Secara mekanik melalui kulit atau selaput lendir yang luka.
- Melalui nyamuk atau serangga penghisap darah.

Gejala penyakit:
Ada dua bentuk fowl fox yaitu:
- bentuk kulit
- bentuk basah/diphteric

Pada bentuk kulit terlihat keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu, misalnya pial, jengger, sekitar mata, hidung, dll. Pada bentuk basah terlihat selaput diphteric dalam rongga mulut dan alat pernafasan, berupa selaput tebal berwarna kuning seperti keju. Pada kejadian ini memungkinkan terjadinya infeksi sekunder. Pada ayam petelur, terjadi penurunan produksi.

Pencegahan:
- vaksinasi cacar dengan cara menggores kulit, cara wing web (menusuk kulit pada lapisan sayap)
- sanitasi yang ketat.

Pengobatan:
- tidak ada pengobatan yang spesifik
- keropeng-keropeng cacar diolesi dengan yodium tincture, sedangkan keropeng-keropeng dekat mata diolesi dengan methylen blue.
- Selaput diphteric dalam rongga mulut dikerok, lalu diolesi dengna jod-glycerin.

3. ILT = infectious laryngotracheitis
ILT merupakan penyakit pernafasan yang bersifat akut dan sangat menular serta menyerang ayam dewasa. Penyakit ini disebabkan oleh herpes virus.

Penularan penyakit:
- melalui udara
- kontak langsung dengan ayam sakit
- secara mekanis melalui peralatan kandang, litter yang tercemar.
- Melalui vektor penyakit seperti tikus, operastor kandang.
- Melalui carrier.

Gejala penyakit
Masa inkubasi penyakit ini antara 6-12 hari. Cara bernafas ayam yang terkena ILT ini khas, yaitu pada waktu menghirup nafas leher diluruskan sambil mata tertutup dan paruh terbuka, nafas terengah-engah dan terdengar suara ngorok. Selanjutnya pada waktu menghembuskan nafas, leher diturunkan ke posisi normal sambil mata terbuka. Ayam terlihat sesak nafasnya, terdengar batuk disertai keluarnya darah dari mulutnya. Di sekitar pakan atau minum akan terlihat ada percikan-percikan darah. Angka kematian sekitar 10-20%, bahkan bisa mencapai 70%, bila ada infeksi sekunder.

Bedah bangkai;
Pada awal infeksi, terlihat trachea dan larynx berlendir yang akan berkembang menjadi peradangan sehingga terlihat adanya lendir berdarah pada trachea dan larynx. Adanya perkejuan di dalam larynx.

Pencegahan;
- vaksinasi ILT.
- Sanitasi yang ketat
- Ayam yang sembuh dijual sebelum stock baru masuk, selanjutnya kandang serta perlengkapannya didesinfektan terlebih dahulu.

4. IB = infectious bronchitis
IB merupakan penyakit pernafasan akut dan sangat menular serta menyerang ayam semua umur, tetapi paling sering menyerang anak ayam. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan hanya berbahaya bagi ayam. Disebabkan oleh kelompok corona virus.

Penularan penyakit:
Penularan penyakit ini sangat cepat, yaitu melalui:
- udara
- kontak langsung dengan ayam
- operator kandang
- alat-alat peternakan, sepatu kandang yang tercemar.
- Dll.

Gejala penyakit
Gejala yang tampak adalah bersin-bersin, keluarnya cairan hidung, megap-megap, ngorok, batuk, mata berair. Tanda-tanda ini jelas terdengar pada waktu malam hari atau pagi hari. Ayam terhambat pertumbuhannya dan FCR nya jelek. Kadang-kadang ginjal terserang (uraemia), sehingga kotoran mencret berwarna putih dan mengakibatkan litter menjadi basah. Mortalitas dapat mencapai 15%. Pada ayam petelur dewasa, produksi telur umumnya menurun selama beberapa minggu, bentuk telur menjadi abnormal dan kualitas putih telur menjadi encer.

Bedah bangkai;
Ayam yang mati dalam waktu 4-5 hari setelah infeksi terlihat mengalami dehidrasi (kehilangan cairan tubuh). Ginjal terlihat pucat dan membengkak, bisa 2-3 kali besar normal. Tubuli gainja dan ureter terlihat membesar dan berisi asam urat yang berwarna putih. Pada kasus yang ekstrem, terlihat penumpukan asam urat pada percardium, peritonium dan di bawah kulit. Di dalam saluran pernafasan terdapat lendir dan adanya keradangan lendir lebih sering ditemukan pada trachea bagian bawah. Kadang-kadang dekat bronchi ditemukan adanya gumpalan perkejuan. Paru-paru mengalami keradangan. Pada ayam petelur dewasa, kemungkinanan ditemukannya follicle telur yang rusak, adanya kerusakan yang permanen pada tuba fallopii.

Pencegahan:
- vaksinasi
- sanitasi yang ketat
- tatalaksana pemeliharaan yang baik

Pengobatan
- tidak ada pengobatan yang spesifik
- pemberian vitamin dan mineral
- pemanasan anak ayam yang cukup dan jangan over crowded
- pemberian antibiotika yang berspektrum luas untuk infeksi sekunder.

5. Marek
Penyakit ini menyerang ayam pada semua umur, tetapi umumnya pada umur muda, sekitar 2-5 bulan. Penyakit ini disebabkan oleh herpes virus. Kepekaan ayam terhadap penyakit ini tergantung pada umur, faktor genetik, jenis kelamin, strain virus serta banyaknya virus yang masuk ke dalam tubuh ayam.

Penularan penyakit
- melalui udara
- melalui bulu dan kotoran ayam yang sakit.
- Melalui litter, alat-alat perkandangan yang tercemar
- Melalui carrier.

Gejala penyakit
Penyakit ini ada 4 bentuk, yakni:
- bentuk saraf
- bentuk visceral
- bentuk kulit
- bentuk mata
yang paling sering trerjadi adalah bentuk visceral. Ayam yang terkena penyakit ini terlihat kurus.

Bentuk syaraf
Adanya kelumpuhan pada sayap, kaki, leher. Sifat khas dari ayam yang mengalami kelumpuhan pada kaki adalah posisi kaki yang satu di depan sedangkan kaki yang lain berada di belakang. Apabila syaraf leher yang terkena maka akan timbul gejala torticolis.

Bentuk visceral
Apabila paru-paru ayam terkena maka timbul kesulitan bernafas (megap-megap).

Bentuk kulit
Apabila ayam terserang bentuk ini maka bulu mudah rontok serta adanya benjolan-benjolan di kulit pada pangkal bulunya.

Bentuk mata
Ayam akan mengalami kebutaan. Iris mata berwarna kebiruan atau putih keabuan karena mengalami depigmentasi (hilangnya pigmen). Pupil mata tidak terlihat lagi.

Bedah bangkai:
Pada bentuk syaraf akan terlihat syaraf sayap (nervus brachialis) dan syaraf paha (nervus ischiadicus) membengkak, asymetri, garis-garis melintang pada syaraf menghilang, berwarna abu-abu/kuning.
Pada bentuk visceral akan terlihat benjolan-benjolan atau tumor pada jantung, paru-paru, hati, limpa, ginjal, ovarium (indung telur), otot daging, proventriculus (lambung kelenjar) dll.
Pada bentuk kulit akan terlihat follicle bulu membesar.

Pencegahan:
- vaksinasi pada anak ayam yang baru menetas. Biasanya telah dilakukan oleh pihak breeding farm.
- Isolasi ayam yang sakit.
- Sanitasi yang ketat.

Pengobatan
Tidak ada obatnya

6. Lymphoid leukosis = big liver desease
Penyakit ini disebabkan oleh sarcoma virus, yaitu virus yang membentuk tumor-tumor di dalam tubuh. Penyakit ini mirip dengan penyakit marek, hanya biasanya yang terserang umur dewasa atau menjelang dewasa.

Penularan penyakit
- secara vertical atau secara genetik
- secara horizontal, melalui kontak langsung dengan ayam sakit atau melalui peralatan kandang yang tercemar.

Gejala penyakit
Gejala penyakit yang timbul tidak spesifik. Masa inkubasi penyakit ini 4 bulan atau lebih. Jengger ayam terlihat pucat, mengkerut dan berwarna kebiruan. Ayam terlihat lesu, lemah, pucat dan sangat kurus, berak hijau, perut terlihat membesar. Kadang-kadang ayam mati tanpa menunjukkan gejala-gejala tersebut di atas. Mortalitas antara 5-15 %.

Bedah bangkai
Hati terlihat membesar, hampir 2-3 kali besar normal, dan penuh dengan tumor-tumor yang ukurannya bervariasi dari yang 1 mm sampai ukuran 1 cm. Tumor-tumor juga dapat ditemukan pada limpa, bursa fabricius. Tumor-tumor tersebut berwarna putih, kuning kecoklatan, mengkilap. Pada bentuk yang menyeluruh maka alat-alat tubuh secara merata membesar dan berwarna agak keabu-abuan dan biasanya sangat rapuh tetapi kadang-kadang hati terasa padat, berjaringan ikat dan seperti berpasir.

Pencegahan
- pakailah ayam dari genetik/strain yang tahan terhadap penyakit ini.
- sanitasi yang ketat.
- Tata laksana pemeliharaan yang benar dan baik.
- Sampai saat ini belum ada pencegahan dengan cara vaksinasi.

Pengobatan
Tidak ada obatnya

7. IBD = infectious bursal disease = gumboro = delaware disease
Gumboro merupakan suatu penyakit menular pada anak ayam dan ayam muda. Bagian tubuh ayam yang disrang adalah bursa fabricius, yaitu suatu kelenjar di daerah dorsal kloaca yang berperan sebagai pusat pertahanan tubuh di waktu ayam masih muda. Penyakit ini pertama kali diketemukan di kota Gumboro, negara bagian Delaware, Amerika Serikat pada tahun 1950. selanjutnya penyakit ini menyebar ke negara-negara Eropa, Asia dan Afrika. Di Indonesia penyakit ini pertama kali diketemukan secara serologis pada tahun 1974, kemudian muncul wabah pada tahun 1991.
Penyakit ini disebabkan oleh virus jenis RNA (reo virus), yang sangat stabil dan resisten oleh berbagai macam antiseptik maupun desinfektan. Virus Gumboro hanya peka terhadap formalin, iodoform, dan preparat khloramin. Gumboro menyebabkan kerusakan sistem pertahanan tubuh (immunosuppresif).

Penularan penyakit:
Pada umumnya penyakit gumboro ditularkan secara horizontal, yaitu penularan melalui alat-alat kandang maupun pakan dan air minum yang tercemar oleh virus gumboro. Alat-alat transportasi yang berhubungan dengan pakan ayam, telur, DOC, maupun ayam dewasa yang tercemar merupakan sumber penularan. Orang yang keluar masuk secara bebas ke dalam kandang juga potensial sebagai sumber penularan. Biasanya ayam yang sudah sembuh dari penyakit Gumboro sudah tidak mengandung virus lagi, sehingga ayam yang sudah sembuh dari sakit tidak merupakan carrier.

Gejala penyakit:
Ayam yang peka terhadap virus Gumboro berumur antara 2-6 minggu. Kejadian yang paling sering pada ayam pedaging pada umur 24-36 hari, sedangkan pada ayam petelur pada umur 30-45 hari. Berdasarkan atas virulensi virus gumboro yang menyerang ayam maka gejalanya digolongkan menjadi 2 tipe, yaitu:
1. Penyakit Gumboro subklininis:
Biasanya terjadi pada ayam yang berumur kurang dari 3 minggu dengan atau tanpa menunjukkan gejala klinis. Tetapi di dalam tubuh ayam sudah terjadi proses perusakan pada bursa fabricius yang merupakan pusat pertahanan tubuh anak ayam, sehingga anak ayam akan sangat mudah terinfeksi oleh penyakit lain.
2. Penyakit Gumboro klinis:
Umumnya trjadi pada anak ayam setelah berumur 3 minggu. Dimulai dengan ayam lemah, temperatur tubuhnya sangat tinggi. Diare encer berwarna putih, kadang-kadang bercampur darah, anak ayam merejan, bulu di sekitar dubur menjadi kotor. Ayam sering mematuki di daerah duburnya sendiri hingga berdarah. Ayam gemetar, tidak mau makan dan banyak minum. Karena temperatur tubuhnya sangat tinggi, maka ayam terlihat sangat stress berat, kepala terkulai, ayam jongkok seakan akan lumpuh pada kedua tungkainya. Mrbiditas daapt mencapai 100%, sedangkan mortalisnya dapat mencapai 20 % tanpa disertai infeksi sekunder. Kejadian penyakit ini berlangsung sangat singkat, yaitu 5-8 hari.

Bedah bangkai
Adanya perdarahan berupa garis-garis merah pada otot dada, paha. Bursa fabricius membesar, oedem dan terdapat perkejuan. Kadang-kadang bursa berdarah, berwarna merah kehitaman. Kebengkakan bursa mencapai ukuran maksimal pada hari ke-4, selanjutnya ukuran bursa mengecil sampai 1/3 nya pada hari ke-7-8. Ginjal membengkak dan banyak terdapat asam urat.

Pengobatan
Belum ada obat yang efektif.
Penangan ditujukan untuk mengurangi terjadinya dehidrasi akibat diare yang berat.
Untuk itu dapat diberikan minum air gula dalam konsentrasi 2%, atau dapat pula ditambahkan vitamin dan elektrolit ke dalam air minum. Selain itu diberikan antibiotika yang spektrumnya luas untuk mengatasi infeksi sekundernya. Karena penyakit ini berlangsung singkat, maka melakukan vaksinasi ulang nampaknya kurang bermanfaat. Lakukan penyemprotan di dalam kandang yang masih ada ayamnya secara terus menerus dengan disinfektan dari gologan Iod.

Pencegahan
Tindakan pencegahan terhadap penyakit gumboro diutamakan
1. Sanitasi kandang dan lingkungan yang ketat.
Sanitasi terhadap kandang bekas dibuat sedemikian rupa sehingga suasana di dalam kandang dan lingkungannya seakan-akan seperti kandang baru.
2. tindakan vaksinasi
disarankan untuk melakukan vaksinasi dengan program sesuai dengan kondisi setempat.

8. EDS = Egg Drop Syndrome
EDS adalah suatu penyakit pada ayam petelur yang ditandai dengan adanya penurunan kualitas dan produksi telur tanpa didahului dengan gejala penyakit yang khas. Virus ini sudah menyebar ke seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari golongan adeno virus. Virus ini mampu mengaglutinasi (menggumpalkan) sel darah merah pada ayam. Virus ini juga tahan terhadap ether, chloroform pada suhu 50 derajat celcius.

Penularan penyakit
Penularan EDS sangat dipengahuri oleh umur ayam. Biasanya ayam yang memasuki masa puncak produksi akan lebih peka dibanding dengan ayam yang lebih tua.

Gejala penyakit
Ayam yang terserang pada umumnya berumur 26-35 minggu, yaitu saat dimana ayam mencapai puncak produksi. Penurunan produksi sampai 50% dan berlangsung 6-7 minggu. Kulit telur menjadi gembur seperti tidak berkerabang. Kematian hampir tidak ada, ayam terlihat sehat-sehat, dan nafsu makan maupun minum tetap. Produksi akan pulih kembali secara perlahan-perlahan.

Bedah bangkai
Pada umumnya tidak menunjukkan perubahan. Mungkin di daerah indung telur terlihat pembendungan kapiler.

Diagnosa:
- berdasarkan gejala klinis
- Uji serologis yang meliputi HI test dan virus netralisasi test.
- Isolasi dan identifikasi virus.

Diagnosa banding
- Penyakit Infectious Bronchitis.
- Ayam muda yang baru berproduksi
- Ayam yang mengalami kekurangan calcium dalam waktu yang lama.

Pencegahan
- vaksinasi pada umur 2 minggu menjelang akan bertelur, dengan suntikan subkutan.
- Perhatikan sanitasi kandang dan lingkungan.
Vaksinasi ulang pada ayam yang terserang EDS kurang memberikan hasil yang memuaskan.

Pengobatan
Belum ada obatnya.

9. SHS = swollen head syndrome
SHS merupakan penyakit virus yang menyerang ayam dengan gejala kebengkakan di daerah kepala sehingga memberi kesan kepala membesar. Penyakit ini mirip dengan penyakit coryza, tetapi tidak sama. Penyakit ini disebabkan oleh avian pneumovirus yang termasuk dalam kelompok paramyxovirus dan seringkali bersamaan dengan infeksi E. coli.

Penularan penyakit:
Penyebaran penyakit ini cepat, morbiditas antara 5-40%. Penularan penyakit ini secara horizontal yaitu melalui:
- kontak langsung dengan ayam sakit.
- Udara
- Peralatan kandang, pakan, air minum yang tercemar.
Sedangkan penularan penyakit secara vertikal sampai saat ini belum ada laporan. Pernyebaran penyakit ini diperberat oleh kondisi lingkungan yang buruk, misalnya populasi terlalu padat, udara yang kotor, derajat kelembaban tinggi yang akan mengakibatkan konsentrasi amonniak meningkat serta akan diperberat lagi bila disertai infeksi E. coli.

Gejala penyakit:
Penyakit SHS biasanya menyerang ayamn pedanging yang berumur 3-6 minggu dan ayam petelur mulai umur starter sampai masa produksi. Penyakit ini diawali dengan bersin-bersin, mata berair, kelopak mata merah dan membengkak. Bentuk mata seperti kacang almond pada 1 mata atau pada ke 2 mata. Mata digosok-gosokkan pada sayapnya atau dengan kukunya.
Timbul pembengkakan di daerah kepala, mulai dari sekitar mata, kemudian melanjut ke daerah kepala bagian atas, terus ke jaringan intermandibula (rahang) dan pial. Kepala ditengadahkan ke atas (star gazing).
Ayam mengalami depresi, tidak mau bergerak dari tempatnya, kerdil. Mortalitas rendah bila tidak ada komplikasi dengan E. coli. Pada ayam yang sedang berproduksi, produksi telur turun antara 5-30%, daya tetas telur menurun.

Bedah bangkai
Timbulnya pembengkakan disertai akumulasi eksudat bernanah di bawah kulit kepala, sekitar mata, jaringan intermandibula dan pial. Adanya keradangan kelopak mata (conjunctive), perdarahan di celah langit-langit dan selaput lendir (mukosa) saluran pernafasan bagian atas. Ovarium tampak lebih pucat dan mudah pecah.

Diagnosa:
Diagnosa dapat ditetapkan dengan melihat gejala klinis dan perubahan pathology dari ayam yang terinfeksi. Untuk lebih memastikan penyebab penyakitnya dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan Test Elisa, Tes Netralisasi Serum.

Diagnosa banding
- coryza (snot)
- infectious bronchitis (IB)
- Chronic Respiratory Disease (CRD)
- New Castle Disease (ND)

Pencegahan
- vaksinasi
- sanitasi ketat
- tata laksana peternakan yang baik
- ventilasi kandang perlu diperhatikan
- chlorinasi air minum.

Pengobatan
Hanya ditujukan untuk mengobati infeksi sekunder yang menyertainya, khususnya terhadap E. coli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar