
Broiler perlakuan yang diberikan feed additive berupa mineral, protein, lemak nabati, vitamin dan hormon organik auksin, sitokinin, dan giberelin serta Asam organik humat dan vulvat, menunjukkan efisiensi pakan yang lebih tinggi. Dibawah ini terlihat performans produksi yang menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan.
Lain halnya dengan pertambahan berat badan yang dihasilkan pertambahan berat badan broiler yang diberikan perlakuan feed additive POC NASA® baik pada periode pertama ataupun kedua menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak diberikan perlakuan, yaitu antara 250-270 gram/ekor atau 20,46-22,27%. Dengan demikian, terlihat bahwa broiler yang diberkan perlakuan feed additive POC NASA® lebih efisien jika dibandingkan dengan broiler yang tidak diberikan perlakuan.
Broiler yang diberikan feed additive POC NASA® memperlihatkan efisiesi yang lebih tinggi daripada broiler yang tidak diberikan perlakuan feed additive POC NASA®. Pada broiler yang diberikan perlakuan feed additive POC NASA® menunjukkan efisiensi pakan yaitu 70,14-70,58%, sedangkan pada broiler yang tidak diberikan perlakuan menghasilkan efisiensi pakan sebesar 59,83-60,56%.
Feed additive yang diberikan mengandung mineral makro dan mineral mikro, protein, lemak nabati, vitamin, serta hormon organik auksin, sitokinin dan giberelin, dan asam organik humat dan asam organik vulvat. Semua unsur yang terkandung dalam feed additive tersebut akan membantu dalam proses metabolisme zat makanan sehingga dapat meningkatkan efesiensi ransum.
Ada sebanyak 13 unsur mineral penting untuk kehidupan ternak unggas, dengan klasisifikasi mineral tersebut sebagai mineral makro ( Ca, P, Mg, Na, K dan Cl) dan sebagai mineral mikro ( Mn, Zn, Fe, Cu, I, Mo dan Se) yang berada dalam bentuk ion dan kation ( Rizal, 2006). Semua mineral tersebut terkandung dalam feed additive yang diberikan pada ayam perlakuan, dengan demikian banyak terjadi hubungan-hubungan yang penting antara sesamanya, seperti yang dikatakan oleh Wahyu (1997) banyak terjadi hubungan yang penting antara bermacam-macam unsur anorganik, antara unsur-unsur organik, antara unsur-unsur ini dengan vitamin-vitamin, asam amino, dan zat zat makanan lainnya sehingga terjadi peningkatan efesiensi makanan.
Banyak terjadi hubungan-hubungan yang diciptakan mineral yang saling mempengaruhi satu sama lain seperti hubungan antara kalsium dengan fosfor, kalsium dengan vitamin D3, kalium dengan natrium, magnesium dengan kalsium dan fosfor, sulfur terhadap asam amino, kuprum dengan zat besi, iodium dengan enzim tiroksin, zinc dengan enzim thimidin kinase, selenium dengan vitamin E, flour dengan asimilasi fosfor, vanadium dengan reaksi enzimatik dan katalistik, molibdenum dengan enzim yang berperan dalam penggunaan purin dan nitrat, dan khrom dengan metabolisme glukosa.
Hubungan-hubungan yang diciptakan tersebut berpengaruh terhadap reaksi enzimatis, metabolisme karbohidrat, pembentukan sel darah merah, konsentrasi air dalam tubuh yang berfungsi dalam distribusi nutrisi, reaksi asam amino, serta reaksi enzimatik dan katalistik yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap peningkatan efisiensi pakan dan pertambahan berat badan.
Menurut Taji dan Lakshmanan (2008), zat pengatur tumbuh adalah senyawa organic komplek alami yang disintesis oleh tanaman tingkat tinggi, yang secara umum berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dalam jaringan, ada dua golongan zat pengatur tumbuh yang sangat penting adalah sitokinin dan auksin. Zat pengatur tumbuh ini mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan dan organ.
Interaksi dan perimbangan antara zat pengatur tumbuh yang diberikan dalam media dan yang diproduksi oleh sel secara endogen, menentukan arah perkembangan suatu kultur. Penambahan auksin atau sitokinin eksogen, mengubah level zat pengatur tumbuh endogen sel. Level zat pengatur tumbuh endogen ini kemudian merupakan trigerring factor untuk proses-proses yang tumbuh dan morfogenesis.
Pengaruh auksin terhadap pertumbuhan jaringan melalui dua cara :
1. Menginduksi sekresi ion H+ keluar sel melalui dinding sel. Pengasaman dinding sel menyebabkan K+ diambil dan pengambilan ini mengurangi potensial air dalam sel.
2. Mempengaruhi metabolisme RNA yang berarti metabolisme protein, mungkin melalui transkripsi molekul RNA.
Golongan sitokinin adalah turunan dari adenine. Golongan ini sangat penting dalam pengaturan pembelahan sel. Seperti juga auksin, sitokinin ada yang alamiah dan sintetis. Sitokinin yang pertama ditemukan, adalah kinetin yang diisolasi oleh. Skoog dalam laboratorium Botany di University of Wisconsin. Kinetin diperoleh dari DNA ikan Herring yang diautoklaf dalam larutan yang asam. Persenyawaan dari DNA tersebut merangsang pembelahan sel dan differensiasi sel. Fungsi sitokinin adalah memacu terjadinya pembelahan sel.
Beberapa zat mineral merupakan bagian essensial ransum hewan, tumbuh-tumbuhan atau mikroorganisme. Zat-zat mineral yang dibutuhkan dalam jumlah besar digunakan untuk sintesis jaringan struktural, sedangkan zat-zat mineral yang diperlukan dalam jumlah sedikit umumnya berfungsi sebagai aktifator enzim (Toelihere, 1985). Anggorodi (1984) mengatakan agar tubuh ternak dapat berfungsi dengan sempurna, maka sebagai tambahan terhadap protein, lemak dan karbohidrat, diperlukan pula zat-zat mineral dalam jumlah lebih sedikit untuk mencegah penyakit-penyakit defisiensi, sehingga broiler tidak mudah terserang penyakit. Mineral juga mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap penyakit, sehingga daya hidup ternak meningkat.
Pada pemeliharaan broiler yang diberikan perlakuan feed additive POC NASA® pada periode pertama dan kedua menunjukkan daya hidup 100%. Sedangkan broiler yang tidak diberikan perlakuan daya hidupnya yaitu 88-96%. Perbedaan daya hidup ini menunjukkan tingkat morbiditas dan mortalitas yang lebih rendah pada broiler yang diberikan perlakuan feed additive POC NASA®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar